Senin, 02 Maret 2009

Ikhlas

Posted by bangkamil under tausiah
No Comments

Ikhlas

Bismillahirrahmanirrahim…

Janganlah kalian berbantah-bantahan hingga menyebabkan kalian berbantah-bantahan hingga menyebabkan kalian menjadi gentar dan kehilangan kekuatan (Al Anfal 46)

Berdirilah karena ALLAH (dalam shalatmu) secara khusyu (Al Baqarah 238)

Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwanya dan sungguh merugi orang yang mengotorinya (Asy Syams 9-10)

Pentingnya keIkhlasan

Wahai saudara seiman, bahwa ikhlas dalam amal, apalagi amal ukhrawi merupakan landasan paling penting, kekuatan paling besar, penolong yang paling bisa diharapkan, sandaran yang paling kokoh, jalan paling singkat menuju kebenaran, seruan yang paling benar, sarana paling mulia, perangai paling utaqma serta pengabdian paling suci.

Karena ikhlas merupakan cahaya yang bersinar terang dan merupakan kekuatan kokoh seperti yang disebutkan di atas, juga karena karunia Ilahi yang telah membebani kita dengan tugas suci dan berat serta pengabdian yang agung yaitu tugas keimanan dan tugas menda’wahkan Al Quran, sementara jumlah kita yang sedikit, lemah, papa menghadapi musuh yang kuat.

Maka tidak ada jalan lain bagi kita kecuali mengerahkan segala upaya dan kemampuan untuk bisa menjadi ikhlas. Jika tidak, maka tugas yang dibebankan itu akan menjadi sia-sia. Pengabdian kita tidak akan bertahan lama. Lalu kita akan dihisab dengan hisab yang berat, sebagaimana yang telah difirmankan dalam Al Quran

Janganlah kalian menukar ayat-ayatKu dengan harga yang rendah (Al Baqarah 41)

Hal itu karena kita tidak bersikap ikhlas sehingga merusak kebahagiaan abadi hanya demi keinginan duniawi yang hina. Setan bersungguh-sungguh dan tekun dalam menghalangi kita dalam melaksanakan tugas mulia tersebut. Karenanya, keihklasan memegang peranan yang penting dalam tugas ini.

Prinsip-prinsip keihklasan

Prinsip pertama : Mencari Ridho ALLAH dalam beramal

Mencari ridho ALLAH dalam bermal, apabila ALLAH Taala sudah ridho, biarpun seluruh alam berpaling, itu tidak akan masalah. Kalau ALLAH sudah menerima, biarpun seluruh manusia menolak, itu tidak akan berpengaruh. Karena itu, ridho ALLAH sajalah yang menjadi tujuan utama bagi setiap kita yang mengabdikan dirinya pada Al Qur’an

Prinsip kedua : Tidak mengkritik saudara-saudaramu yang menda’wahkan Al Quran

Kita harus mencontoh kondisi tubuh manusia, dimana kedua tangannya tidak pernah saling mendengki, kedua matanya tidak pernha saling mencela, lisannya tidak menentang telingannya, kalbunya tidak melihat aib jiwanya. Tetapi masing-masing saling melengkapi, menutup aib yang lain, serta berusaha membantu dan menolongnya.

Kita merupkan bagian-bagian dalam satu tubuh yang membutuhkan adanya persatuan, kerja sama , dan rahasia keIkhlasan sehingga layak untuk disebut Insan Kamil.

Mereka lebih mengutamakan oranga lain ketimbang diri mereka sendiri (Al Haysr 9)

Prinsip ketiga : Kekuatan kebenaran

Kekuatan dalam menjalankan tugas mulia itu selalu datang dari keIkhlasan dan kebenaran. Kaum batil pun memperoleh kekuatan karena mereka menampakkan keteguhan dan keIkhlasan dalam hal kebatilan.

Prinsip keempat : Bangga dengan keistimewaan para saudara seagama

Berbangga sambil bersyukur dengan kemuliaan yang dimiliki oleh saudara seiman, dan berbangga terhadap kemuliaan tersebut. Lebur dalam persaudaraan merupakan prinsip yang indah yang sesuai dengan perjalan kita.

Landasan konsep kita adalah ukhuwah Islamiah (persaudaraan dalam Islam). Hubungan yang mengikat bukanlah hubungan ayah dan anak, ataupun guru dengan muridnya. Hubungan yang dibangun adalah hubungan percintaan yang tulus yang didasarkan pada keikhlasan dalam lingkaran persaudaraan.

Sarana mencapai keIkhlasan

Pertama : Rabithatul maut (mengingat maut)

Mengingat maut merupakan sarana terpenting untuk mendapatkan dan memelihara keIkhlsan. Setiap kita yang mengingat akan kematian akan mudah untuk menjaga nafsu yang memerintahkan kepada keburukan. Ahli sufi selalu mengingat maut dalam kehidupannya. Dengan mengingat kematian, mereka tidak akan berfikir kekal abadi sebagai cikal bakal dari panjangnya angan-angan. Al Quran berfirman

Setiap nafs (diri) pasti merasakan kematian (Ali Imran 185)

Kedua : Merenungi makhluk

Sumber lain yang dapat digunakan untuk mencapai keIkhlsan dari merenungi seluruh makhluk. Perenungan tersebut bisa mengantarkan seseorang untuk mengenal Sang Maha Pencipta, sehingga kalbunya bisa tenang dan tentram. Perenungan yang dilakukan seseorang akan membuatnya merasa diawasi dan dilihat ALLAH Taala.

Dengan demikian, ALLAH akan senantiasa hadir dalam setiap langkah kita. Kita akan selalu bertindah hati-hati, karena merasa ada yang mengawasi kita dimanapun dan kapanpun kita berada.

Penghalang keIkhlasan

Pertama, rasa dengki yang muncul dari keuntungan yang bersifat materi

Kedengkian akan merusak keIkhlasan secara perlahan. Ia bisa mengubah hasil suatu amal. Lebih dari itu, ia akan menghapus keuntungan dari perbuatan yang telah dilakukan. Kedengkian yang muncul dari amal-amal yang diperbuat akan merusak nilai amal terebut. Disinilah kembali ditegaskan pentingnya keIkhlasan dalam beramal.

Kedua, cinta kedudukan

Penghalang Ikhlas yang lain adalah membiarkan nafsu, ego dalam mencari pangkat dan kedudukan supaya mendapat perhatian dari manusia, senang mendapat sanjungan orang, serta memiliki motivasi untuk menjadi terkenal dan populer. Sikap seperti ini merupakan pintu dari syirik, yaitu riya dan ujub yang jelas bisa menhancurkan nilai keIhklasan.

Ketiga, takut dan tamak

Takut dan tamak dalam menjalani kehidupan, dalam mengatakan kebenaran, dalam menyebarkan Al Quran di seluruh penjuru dunia merupakan penyakit yang bisa menghalangi keIkhlasan. Pejuang Al Quran seharusnya tidak takut dengan halang rintang yang selalu menjadi tantangan bagi prajurit-prajurit ALLAH, karena yakin bahwa ALLAh selalu bersama orang-orang yang berjuang di jalanNya.

Risalah khusus untuk para pejuang da’wah

Risalah ini ditujukan kepada para pemuda yang merasa jemu dan bosan dalam berda’wah. Mereka lebih mementingkan beribadah dari pada bergerak untuk menyebarkan kalimat-kalimat ALLAH di muka bumi.

Hadis 1 :

“Tinta para ulama ditimbang dengan darah para syuhada”

Hadis ini memiliki pengertian bahwa tinta yang digunakan oleh ulama yang mengabdikan dirinya kepada ALLAH sepanjang hidupnya bisa disamai oleh darah syuhada yang berjuang di jalan ALLAH dengan keIkhlasan.

Hadis 2 :

“Siapa yang berpegang pada sunnahku di saat rusaknya umatku, ia mendapatkan pahala seratus orang yang mati syahid”

Sungguh, berjuang di jalan ALLAH disaat orang-orang terlena dengan berbagai kebahagiaan dunia merupakan suatu perbuatan yang mulia. ALLAH akan membalas setiap langkah yang dilakukan dengan berlipat kali pahala dari pada orang yang hanya beribadah bagi dirinya sendiri.K@

Sumber : Risalah An Nur, karangan Said Nursi

(Said Nursi merupakan ulama besar Turki. Beliau seorang Hafiz Al Quran. Beberapa kali di penjara karena tindakannya menentang pemerintah Turki demi tegaknya Al Islam)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar